Ekonomi Jerman di persimpangan yang kritis
Ekonomi Jerman mengalami stagnasi dan mendekati titik kritis, dengan potensi dampak yang parah, menurut Bloomberg. Situasi ini mengancam untuk menyebabkan kerusakan serius pada perekonomian negara, menandakan perlunya tindakan segera.
Perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi Jerman terutama didorong oleh krisis energi yang terus berlangsung. Kehilangan sumber energi dari Rusia telah memperburuk situasi, dan mengganti kekurangan ini menjadi tantangan besar. Faktor lain yang turut menyumbang pada penurunan ekonomi adalah berkurangnya daya saing produsen otomotif besar Jerman seperti Volkswagen dan Mercedes-Benz. Perusahaan-perusahaan ini kesulitan bersaing dengan industri otomotif Tiongkok yang tengah berkembang pesat. Akibatnya, perlambatan ekonomi berdampak signifikan, dengan setiap rumah tangga Jerman kehilangan sekitar €2.500 per tahun.
Amy Webb, pendiri dan CEO Future Today Institute, percaya bahwa ekonomi Jerman tetap tangguh dan tidak akan runtuh secara tiba-tiba, tetapi pembuat kebijakan harus tetap waspada. Menurutnya, ekonomi Jerman sedang mengalami penurunan bertahap, yang juga menyeret Eropa ke bawah melalui efek domino.
Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck menyatakan bahwa model bisnis Jerman terpojok akibat kehilangan gas Rusia. Sebagai negara yang bergantung pada ekspor, ekonomi terbesar di Eropa ini mengandalkan perdagangan global yang terbuka, tetapi baik Amerika Serikat maupun Tiongkok semakin menutup pasar mereka. Tiongkok mendorong penetrasi kendaraan listriknya di seluruh dunia, yang menjadi tantangan besar bagi industri otomotif Jerman. Pemerintah Jerman selama bertahun-tahun gagal berinvestasi cukup dalam infrastruktur, kondisi perpajakan, dan tenaga kerja terampil, tambah Habeck.